KONSEPPENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA 1. Latar Belakang Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat, bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energy trigger yang luar biasa, yang membuat masyarakat setempat mengalami metamorphose dalam berbagai aspeknya.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Seperti yang telah kita ketahui good governance adalah suatu bentuk pengadaan atau keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan. Good governance berkaitan dengan persoalan pemerintah daerah baik itu Kabupaten maupun Kota sebagai pelaksana kebijakan baik kebijakan yang berlaku. good governance di lingkup pemerintah daerah sebagai pelaksana di tingkat lokal hal ini juga berkaitan dengan bagaimana kinerja wakil rakyat legiaslatif dalam membuat kebijakan-kebijakan yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Ditempat tinggal saya yaitu kec. Bukit kapur Kel. Kampung baru, kota Dumai terdapat banyak proyeksi yang telah dijalankan oleh pemerintah desa wakil rakyat baik itu pak camat, pak lurah, bahkan RT sekalipun. Tugas pemerintah desa adalah melaksanakan good governance tersebut, dan itu harus sudah menjadi prinsip bagi para pemerintah desa. Salah satu contoh good governance yang telah diproyeksikan di tempat tinggal saya yaitu mengenai jalan lintas masyarakat, ya walaupun jalan di tempat tinggal saya belum diaspal setidaknya jalan tersebut sudah termasuk kategori layak untuk good governance yang telah dilaksanakan di beberapa daerah sangat membantu masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya serta dapat meningkatkan kerukunan terhadap masyarakat dengan wakil rakyat dan dapat menumbuhkan kepedulian terhadap sesama. Tentunya penerapan good governance tidak luput dengan bantuan dari rakyat sekitar, karna menurut saya agar mencapai hasil good governance tidak jauh berbeda dengan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat yaitu demi mensejahterakan masyarakat dengan melaksanakan beberapa program. Suatu pengadaan dan keputusan yang dibangun oleh wakil rakyat akan lebih memiliki pengaruh positif ketika memerlukan tenaga rakyat sekitar, disisi lain masyarakat dapat memiliki penghasilan baru karena mengerjakan proyeksi pengadaan, contohnya pembaharuan atau perbaikan jalan lintas masyarakat. Tetap saja penerapan governance masih ada yang belum terealisasikan dengan baik dan jujur, terdapat beberapa oknum yang memanfaatkan wewenang good governance sebagai acuan mengedepankan dirinya sendiri. Beberapa wilayah mungkin saja telah menerapkannya dengan baik dan jujur, serta dibarengin dengan dukungan kuat oleh masyarakat Good governance dapat menjadikan suatu hal yang sangat luar biasa, dengan mengkondisikan sumberdaya yang melimpah disuatu daerah. Pemanfaatan ini harus dilakukan seefektif dan seselektif mungkin guna membangun perekonomian. Keputusan terhadap suatu pemerintah desa mengenai pengolahan sumber daya secara efisien akan menjadi suatu kontribusi besar, disisi lain dapat mengembangkan kesejahteraan masyarakat, dan menciptakan lapangan pekerjaan. Salah satu contoh dengan memanfaatkan sumberdaya alam yaitu mengelola tempat wisata dengan mengembangkan serta bisa memaksimalkan pembangunan guna mendapatkan pemasukan tambahan. Seperti yang kita ketahui Indonesia memiliki tempat wisata yang indah dan mempesona, tapi masih kurang diperhatikan. Pemerintah desa yang faham prinsip good governance akan dapat mengubahnya menjadi suatu tempat wisata yang banyak peminatnya berkat program yang telah diputuskan dan dengan sebuah wisata yang indah bisa saja dijadikan sebagai ikon daerah. Indonesia dikenal sebagai negara agraris, dan sebagian penduduk desa bermata pencaharian sebagai petani. Proyeksi Good governance dari segi pembentukan organisasi pertanian dapat berpengaruh besar terhadap masyarakat. Beberapa daerah telah menurunkan penyuluh pertanian agar masyarakat bisa membentuk kelompok tani. Kelompok tani yang pernah saya temukan termasuk ditempat saya banyak membantu petani dalam mempermudah membeli keperluan pupuk maupun obat tanaman. Bahkan dengan suatu kelompok tani yang dibentuk oleh pemerintah desa dapat banyak membantu masyarakat dalam kebutuhan mesin-mesin pertanian untuk mempermudah jalannya penanaman. Hasil dari terbentuknya kelompok tani dapat memberikan dampak yang baik, karena masyarakat mudah menerima bantuan, seperti bantuan sapi, alat tani, bahkan pembukaan lahan. Maka dari itu disamping pemerintah desa sudah menetapkan kebijakan, kita sebagai masyarakat juga harus mempunyai sifat yang simpati, inisiatif, aktif serta kreatif. Pemerintah desa akan lebih bisa menghandle kebutuhan masyarakat, apabila masyarakat sendiri aktif dan berani berbicara terhadap apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Good governance perlu adanya sebuah hubungan yang erat dari pemerintah desa terhadap rakyat agar prinsip akuntabilitas dan pengolahan sumberdaya secara efisien, dapat berjalan baik, dan dapat mensejahterakan rakyat. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya5 Pengelolaan lingkungan permukiman masyarakat desa; 6. Pembinaan kesehatan masyarakat dan pengelolaan pos pelayanan terpadu; 7. Pengelolaan Embung Desa; 8. Pengelolaan air minum berskala desa; dan 9. Pembuatan jalan desa antarpermukiman ke wilayah pertanian. Selain kewenangan sebagaimana hal diatas, Menteri dapat menetapkan jenis kewenangan Desa
Ethnolinguistics is a study that connects linguistic concepts related to culture in local communities. The people in Tladan village, Kawedanan district, Magetan regency are still familiar with the terms rice farming activities from generation to generation, so the relationship between Javanese language and culture in the use of the term rice farming activities can be studied with an etnolinguistik purpose of this research is 1 to describe the form of language in Javanese culture related to rice farming activities in Tladan Village, Kawedanan district,Magetan regency 2 to describe the lexical, gramatical and cultural meanings summarized in Javanese languages and culture related to rice farming activities in Tladan Village, Kawedanan district,Magetan regency 3 describes the mindset, perspective on life, and the world of the peasant community in Tladan Village in Tladan village, Kawedanan district, Magetan regency. This type of research is basic research, the level of this research is descriptive data was collected using farming activity observation techniques, proficient methods, and literature study. The data research were analyzed by distribution method distributional and the equivalent method. This result of this study are 1 the form of language described by monomorphemic, polymorphemic, and phrases contained in the language in Javanes culture related to rice farming activities in Tladan Village, Kawedanan district,Magetan regency 2 the lexical,gramatical, and cultural meanings contained in the language of Javanese culture related to rice farming activities in Tladan Village, kawedanan district, Magetan regency 3mindset, perspective of life, and the world of the peasant community in Tladan Village, Kawedanan district, Magetan regency. Keywords ethnolinguistics, rice farming, Magetan, Tladan Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Sutasoma 8 2 2020 Sutasoma Jurnal Sastra Jawa Bahasa dan Pandangan Hidup Masyarakat Jawa Terkait Aktivitas Pertanian Padi di Desa Tladan Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan Kajian Etnolinguistik Nanda Anjarwati Sastra Daerah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Corresponding Author nanda140898 Abstrak Etnolinguistik adalah suatu kajian yang menghubungkan konsep kebahasaan yang berkaitan dengan budaya di masyarakat setempat. Masyarakat desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan masih mengenal istilah-istilah aktivitas pertanian padi secara turun-temurun, sehingga hubungan bahasa dan budaya Jawa dalam pemakaian istilah aktivitas pertanian padi dapat dikaji dengan pendekatan penelitian ini, yaitu mendeskripsikan 1 mendeskripsikan bentuk bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan2 mendeskripsikan arti leksikal, makna gramatikal, dan makna kultural yang terangkum dalam bahasa dan budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan3mendeskripsikan pola pikir, pandangan hidup, dan pandangan terhadap dunia masyarakat petani di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan. Jenis penelitian ini ialah penelitian dasar dengan taraf deskriptif kualitatif. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode observasi kegiatan pertanian, metode cakap dan studi pustaka. Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode agih dan metode padan. Hasil penelitian ini, yaitu 1 bentuk bahasa berupa monomorfemis, polimorfemis, dan frasa yang terdapat dalam bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan 2 arti leksikal, makna gramatikal,dan makna kultural yang terdapat dalam bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan 3 pola pikir, pandangan hidup, dan pandangan terhadap dunia masyarakat petani di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan. Kata kunci etnolinguistik, pertanian padi, Magetan, Tladan. Abstract Ethnolinguistics is a study that connects linguistic concepts related to culture in local communities. The people in Tladan village, Kawedanan district, Magetan regency are still familiar with the terms rice farming activities from generation to generation, so the relationship between Javanese language and culture in the use of the term rice farming activities can be studied with an etnolinguistik purpose of this research is 1 to describe the form of language in Javanese culture related to rice farming activities in Tladan Village, Kawedanan district,Magetan regency 2 to describe the lexical, gramatical and cultural meanings summarized in Javanese languages and culture related to rice farming activities in Tladan Village, Kawedanan district,Magetan regency 3 describes the mindset, perspective on life, and the world of the peasant community in Tladan Village in Tladan village, Kawedanan district, Magetan regency. This type of research is basic research, the level of this research is descriptive data was collected using farming activity observation techniques, proficient methods, and literature study. The data research were analyzed by distribution method distributional and the equivalent method. This result of this study are 1 the form of language described by monomorphemic, polymorphemic, and phrases contained in the language in Javanes culture related to rice farming activities in Tladan Village, Kawedanan district,Magetan regency 2 the lexical,gramatical, and cultural meanings contained in the language of Javanese culture related to rice farming activities in Tladan Village, kawedanan district, Magetan regency 3mindset, perspective of life, and the world of the peasant community in Tladan Village, Kawedanan district, Magetan regency. Keywords ethnolinguistics, rice farming, Magetan, Tladan Ā© 2020 Universitas Negeri Semarang p-ISSN 2252-6307 135 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 PENDAHULUAN Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dalam anggota masyarakat pemakai bahasa dan merupakan dokumentasi kegiatan atau aktivitas hidup manusia. Selain itu bahasa berfungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan, jalur penerus kebudayaan, dan inventaris ciri-ciri kebudayaan Nababan, 199338.Begitu pula petani di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan yang mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani, dan dominan petani padi, karena sebagian besar tanah di desa Tladan, cocok untuk pertanian padi. Pada umumnya bahasa yang digunakan petani di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan, merupakan alat untuk mencapai sistem pengetahuan masyarakat di daerah tersebut. Sistem pengetahuan ini menunjukkan kearifan lokal yang perlu dikuak keberadaannya, diketahui maksudnya, dan bisa direvitalisasi. Melalui suatu ungkapan, dapat diketahui pandangan hidup dan pola pikir masyarakat. Bahasa yang digunakan oleh para petani terangkum dalam budaya Jawa berupa istilah-istilah terkait aktivitas pertanian padi. Sekarang ini, banyak generasi muda yang tidak mengetahui tentang bahasa dan budaya Jawa dalam aktivitas pertanian padi, seperti matun matunā. Oleh karena itu, bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan penting dikaji melalui pendekatan etnolinguistik. Alasan penelitian mengenai bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi dapat dikaji secara etnolinguistik, mendasarkan pada pengertian bahwa etnolinguistik adalah suatu kajian yang menghubungkan konsep kebahasaan yang berkaitan dengan budaya di masyarakat setempat. Masyarakat desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan masih mengenal istilah-istilah aktivitas pertanian padi secara turun-temurun, sehingga hubungan bahasa dan budaya Jawa dalam pemakaian istilah aktivitas pertanian padi dapat dikaji dengan pendekatan etnolinguistik. Peneliti ingin melestarikan budaya Jawa kepada generasi muda melalui hal-hal sederhana yang sering diabaikan dan jarang diketahui. Hal-hal sederhana seperti aktivitas pertanian padi merupakan suatu budaya yang hidup di Jawa. Secara linguistik pengkajian bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi tersebut perlu adanya pengkajian dari aspek mikrolinguistik dan aspek makrolinguistik. Mikrolinguistik dengan mempelajari bahasa di dalamnya, dengan perkataan lain, mempelajari struktur bahasa itu sendiri Kridalaksana, 2008154, Sedangkan makrolinguistik adalah bidang linguistik yang mempelajari bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa, termasuk di dalamnya bidang interdisipliner dan bidang terapan Kridalaksana, 2008 149. Salah satu bidang interdisipliner yang dikaji makrolinguistik adalah etnolinguistik. Ahimsa 19975 menyatakan bahwa istilah etnolinguistik yaitu berasal dari kata etnologi dan linguistik yang lahir karena penggabungan antara pendekatan etnologi dengan pendekatan linguistik. Atas dasar inilah, Ahimsa membagi kajian 136 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 etnolinguistik dalam dua golongan, yaitu kajian linguistik yang memberikan sumbangan bagi etnologi dan kajian etnologi yang memberikan sumbangan bagi linguistik. Hal-hal terkait aktivitas pertanian padi yang terekspresikan dalam bahasa dan budaya Jawa dapat dideskripsikan melalui interdisipliner etnolinguistik, sebagai berikut. matun [matUn] matunā Satuan lingual matun berbentuk polimorfemis. Matun berasal dari kata watun cabutā verba mendapatkan imbuhan prefiks m- sebagai nasal. Berikut Bagi Unsur Langsung dari kata āmatunā. matun m -N watun mt mbt Bentuk lingual matun matunā merupakan morfem bebas kompleks yang terdiri atas unsur langsung m dan watun watunā. Watun watunā merupakan morfem bebas tunggal, yang tidak mempunyai unsur langsung lagi, bisa berdiri sendiri, dan mempunyai arti. Di pihak lain, nasal -m sebagai prefiks merupakan morfem terikat, yang belum mampu berdiri sendiri dan belum mempunyai makna. Namun, akan muncul makna gramatikalnya setelah bergabung dengan morfem bebas tunggal watun watunā sehingga menjadi matun matunā. Arti leksikal matun matunā berasal dari kata dasar watun watunā . Watun yaiku dibubuti sukete sing padha thukul ing tanduran cabut rumput yang tumbuh di sekitar tanaman Poerwadarminta, 1939658. Matun yaiku mbubuti suket ing sawah/tĆŖgal mencabut rumput yang ada di sawah / tĆŖgalā Poerwadarminta, 1939 299. Sedangkan morfem terikat nasal {-m} prefiks mempunyai makna gramatikal menyatakan aktivitas sebagaimana dalam mt morfem tunggalnya yaitu watun watunā. Dengan demikian makna gramatikal dalam bentuk matun yaitu menyatakan aktivitas mencabut rumput. Mencabut rumput di sini adalah mencabut rumput di sawah. Sehingga makna gramatikal secara lengkap dari bentuk matun adalah aktivitas mencabut rumput pengganggu di sawah. Makna kultural matun matunā menurut Nur Wakid 55 dilakukan setelah masa tandur tanamā. Kira-kira ketika padi sudah 15-20 hari setelah masa tandur tanamā. Matun matunā dilakukan agar tumbuhnya tanaman padi tidak diganggu oleh rumput. Menurut Adi Wiyono 71 dalam kehidupan sehari-hari, maksud dari matun matunā adalah matun tumindake, matun tingkah lakune matun tindakannya, matun perilakunya.ā Maksudnya membuang perilaku buruk, membuang pikiran dan tindakan yang tidak baik agar tindakan baik selalu tertanam. Selain itu juga menggambarkan orang Jawa itu bersih dari segi fisik dan juga psikisnya. Sehingga pada uraian di atas dari fenomena etnologi menyebabkan fenomena linguistik. Deskripsi tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui pengungkapan bahasa verbal dalam aktivitas pertanian padi di desa Tladan dapat diketahui pola pikir, berupa prinsip, 137 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 aturan yang masih dipegang, dan pandangan hidup masyarakat desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan. Dari deskripsi data awal tersebut peneliti sangat penasaran terhadap data penelitian secara keseluruhan. Bagaimana bentuknya? Samakah bentuknya dengan data matun matunā yang merupakan polimorfemis atau mungkin ditemukan bentuk lain yang beragam? Begitu pula, bagaimana arti leksikalnya, makna gramatikal dan makna kulturalnya, serta bagaimana pola pikir, pandangan hidup, dan pandangan terhadap dunia masyarakat petani yang terkandung dalam setiap data penelitian. Di sisi lain peneliti juga sangat penasaran mengapa dalam data secara keseluruhan bisa terjadi bentuk, arti leksikal, makna gramatikal, makna kultural dan pola pikir, pandangan hidup dan pandangan terhadap dunia masyarakat petani sebagaimana yang terkandung dalam setiap data penelitian. Penelitian sebelumnya yang relevan terkait penelitian ini di antaranya adalah 1 Fitrianingrum. 2016. Bahasa dalam budaya jawa terkait aktivitas pertanian padi di Desa Bangsri Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Kajian Etnolinguistik 2 Makna Kultural Pada Istilah Bidang Pertanian Padi Di Desa Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Sebuah Tinjauan Etnolinguistik 3 Saharudin dan Syarifuddin. 2012. Kategori Dan Ekspresi Linguistik Dalam Bahasa Sasak Pada Ranah Pertanian Tradisional Kajian Etnosemantik, 4 Haryanti dan Wahyudi. 2007. Ungkapan Etnis Petani Jawa Di Desa Japanan,Kecamatan Cawas, Kabupaten KlatenKajian Etnolinguistik, 5 Fujiono dkk. 2014. Istilah-Istilah Pertanian Padi Dan Palawija Pada Masyarakat Madura Di Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo Suatu Tinjauan Etnolinguistik, 6 Suyanto. 2019. Istilah-istilah dalam Budidaya Tanaman Padi di Desa Banjarsari, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, 7 Agdona. 2018. Bahasa dan Budaya Jawa Terkait Tradisi Wiwit Sawah di Desa Musuk Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Kajian Etnolinguistik. Berdasarkan 5 penelitian sebelumnya, penelitian yang mengkaji tentang Bahasa dan Pandangan Hidup Masyarakat Jawa Terkait Aktivitas Pertanian Padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan dari perspektif kajian etnolinguistik belum pernah dilakukan. Maka, penelitian yang akan dilakukan ini akan mengkaji bahasa dalam budaya Jawa terkait dengan aktivitas pertanian padi dari awal mula menanam benih sampai memanen padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan. Banyaknya penelitian dengan tema serupa justru akan memperkaya inventarisasi leksikon terkait pertanian dan menambah kekayaan khazanah leksem bahasa yang menjadi objek penelitian. Selain itu, penelitian ini lebih berkontribusi untuk memperkaya fakta empiris terkait penelitian etnolinguistik. Penelitian ini merumuskan tiga permasalahan, yaitu 1 Bagaimanakah bentuk bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan? 2 Bagaimanakah arti leksikal, makna gramatikal, dan makna kultural yang 138 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 terangkum dalam bahasa dan budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan? 3 Bagaimanakah pola pikir, pandangan hidup, dan pandangan terhadap dunia masyarakat petani di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan? METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian dasar yang bersifat deskriptif kualitatif. Pendekatan yang digunakan ialah etnolinguistik. Data dalam penelitian ini meliputi data lisan yang diperoleh dari informan berwujud kata, frasa, yang berkaitan dengan aktivitas pertanian padi2 data lisan yang diperoleh dari informan terpilih untuk menjelaskan tentang makna kultural bahasa terkait aktivitas pertanian padi, 3 doa atau mantra yang terkait dalam aktivitas pertanian padi, data berupa gambar atau simbol terkait aktivitas pertanian padi, 4 data tulis terkait penjelasan arti leksikal yang termuat dalam kamus. Sumber data dalam penelitian ini meliputi data lisan yang berasal dari tuturan informan sebagai informan terpilih yang mengetahui segala hal terkait aktivitas pertanian padi dan data pustaka yang berupa kamus. yang mengetahui segala hal terkait aktivitas pertanian padi. Adapun kriteria Pemilihan informan perlu mempertimbangkan usia informan, wawasan pengetahuan informan,minat perhatian informan terhadap permasalahan penelitian dan keterampilan berbahasa yang memadai Samarin, 198555. informan yang dipilih kurang lebih memenuhi syarat-syarat berikut 1 penutur asli bahasa Jawa, 2 memahami bahasa dan budaya Jawa terkait aktivitas pertanian, 3 mempunyai pengetahuan spiritualitas, 4 mengetahui bahasa dan budaya Jawa, 5 memiliki alat ucap yang lengkap, 6 alat pendengaran normal, 7 bersedia menjadi informan dan mempunyai waktu yang cukup, 8 bersikap terbuka, sabar, ramah, dan tidak mudah tersinggung. Informan dalam penelitian ini terdiri dari berbagai aspek di antaranya adalah a pemilik sawah pemilik sawah yang tidak mengerjakan aktivitas pertanian sama sekali dan pemilik sawah yang sebagian besar mengerjakan aktivitas pertanian secara mandiri, b spiritualis atau penutur Jawa sesepuh desa, c pujangga methil pari , d penggarap sawah lelangan, maro dan mertelu, e buruh macul, mopok, ndhedhet, f buruh tandur dan ndhaut, g buruh derep panen padi, h buruh matun dan sulam, i buruh nampingi dan ngalisi, j bagian ngekum, ngepep, dan nyebar winih, k bagian ndhiselne, eleb sawah, dan nurut banyu, l buruh mepe gabah, m tukang ngirim dan nonjoki istri petani sekaligus petani, n tukang ngrabuk dan nyemprot, o bagian ngusungi gabah, p buruh palir, g bagian HIPPA dan PJ dhisel desa. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi, metode cakap dan studi pustaka. Data dianalisis dengan metode agih teknik BUL Bagi Unsur Langsung dan metode padan. Metode penyajian data pada penelitian ini dengan metode formal dan informal. 139 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 PEMBAHASAN A. Bentuk Bahasa dalam Budaya Jawa Terkait Aktivitas Pertanian Padi di Desa Tladan, Kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan. Aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan, terdapat 3 bentuk bahasa yang meliputi monomorfemis, polimorfemis afiksasi, reduplikasi, dan frasa. 1. Bentuk Monomorfemis Bentuk monomorfemis tentang bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan seperti pada contoh data bengkok [bGkOk] bengkokā Satuan lingual bengkok merupakan morfem bebas tunggal yang tidak dapat dicari unsur langsungnya,dapat berdiri sendiri, berarti leksikal dan belum mengalami suatu proses morfologis. Bengkok merupakan sawah yang dijadikan upah/gaji untuk lurah dan perangkat desa. jani [jani] janiā Satuan lingual jani merupakan morfem bebas tunggal yang tidak dapat dicari unsur langsungnya, dapat berdiri sendiri, berarti leksikal dan belum mengalami suatu proses morfologis. Jani merupakan salah satu bagian dalam aktivitas pertanian padi yang berupa upah untuk dhukun dukunā atau sesepuh. Sesepuh yang sudah methil sawah, harus diberi upah, sebagai tanda terima kasih. 2. Bentuk Polimorfemis Polimorfemis dibentuk melalui beberapa proses morfemis yaitu afiksasi imbuhan, reduplikasi pengulangan, dan pemajemukan/ komposisi. Bentuk polimorfemis tentang bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan seperti pada contoh data a. Afiksasi pengimbuhan methil [mTIl] methilā m N- pethil mt mbt Satuan lingual methil merupakan morfem bebas kompleks yang terdiri atas unsur langsung nasal m dan pethil petikā. Pethil petikāmerupakan morfem bebas tunggal, yang tidak mempunyai unsur langsung lagi, bisa berdiri sendiri, dan mempunyai arti. Di pihak lain, nasal -m sebagai prefiks merupakan morfem terikat, yang belum mampu berdiri sendiri dan belum mempunyai makna. Namun, akan muncul makna gramatikalnya setelah bergabung dengan morfem 140 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 bebas tunggal pethil petikā sehingga menjadi methil. Methil adalah salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani ketika padi sudah mulai menguning dan akan segera dipanen. b. Pengulangan atau reduplikasi lerleran [lĆ©rlĆ©ran] lerleranā lerler an mt mbt reduplikasi Satuan lingual lerleran merupakan morfem bebas kompleks yang terdiri atas unsur langsung lerler dan an. Lerler merupakan mofem bebas kompleks yang mengalami proses reduplikasi utuh, yang mana kata pertama ler lerā diulang lagi, sehingga menjadi lerler. Ler lerā merupakan morfem bebas tunggal, yang tidak mempunyai unsur langsung lagi, bisa berdiri sendiri, dan mempunyai arti. Di pihak lain, nasal -an sebagai sufiks merupakan morfem terikat, yang belum mampu berdiri sendiri dan belum mempunyai makna. Namun, akan muncul makna gramatikalnya setelah bergabung dengan morfem bebas kompleks lerler lerlerāsehingga menjadi lerleran. Lerleran adalah lahan sawah siap tanam setelah selesai diluku dibajakā dan digaru digaruā. 3. Frasa Bentuk frasa tentang bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan seperti pada contoh data andum bawon [andUm bawOn] membagi bawonā andum bawon mbt mbt Frasa andum bawon, merupakan unsur sintaksis yang terdiri dari dua unsur langsung berupa kata andum dan bawon. Kedua unsur langsung tersebut mempunyai ciri fungsi predikat dan objek. Andum sebagai predikat dan bawon sebagai objek. Ciri fungsi predikat objek, tidak melampaui ciri fungsi klausa subjek, predikat. Selain itu frasa andum bawon dapat disisipkan afiks misalnya sufiks {-e} menjadi andume bawon cara membagi bawonā, andum sebagai unsur inti. 141 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 B. Arti Leksikal dan Makna Gramatikal yang Terangkum dalam Bahasa dan Budaya Jawa Terkait Aktivitas Pertanian Padi di Desa Tladan, Kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan. derep [drp] derepā Arti leksikal derep āderepā yaiku melu nggarap sawah sarta ngeneniopahane bawon ikut menggarap sawah serta mengunduh upahnya bulir-bulir padiāPoewadarminta, 193968. lelangan [lelaGan] lelanganā Bentuk lingual lelangan terdiri dari bentuk bebas tunggal lelang dan unsur langsung {āan} sufiks. Arti leksikal lelang lelangā yaiku adol tuku barang ing umum sing pangenyange sarana onjo-onjonan jual beli barang yang umumnya ditawar dengan cara kepintaran pembeliā Poerwadarminta,1939265. Sedangkan morfem terikat {-an} sufiks mempunyai makna gramatikal menyatakan aktivitas sebagaimana dalam mt morfem tunggalnya yaitu lelang lelangā. Dengan demikian makna gramatikal dalam bentuk lelangan yaitu menyatakan aktivitas membeli barang yang dijual murah. Barang di sini adalah sawah atau bengkok bengkokā. Sehingga makna gramatikal secara lengkap dari bentuk lelangan adalah aktivitas menjual sawah dengan harga murah. C. Makna Kultural yang Terangkum dalam Bahasa dan Budaya Jawa Terkait Aktivitas Pertanian Padi di Desa Tladan, Kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan nonjoki[nOnjO?i] nonjokiā Gambar nonjoki Dokumen Nanda, 25 Februari 2020 Makna kultural nonjoki menurut informan bahwa nasi tonjokan yang dibawa ke sawah berupa hasil bumi dan apapun yang dipunyai pemilik sawah. Namun yang pasti ada adalah sega punar atau nasi kuning. Macam lauk pauk nasi tonjokan adalah ayam/ingkung, bothok pelas, nasi kuning sedikit saja, dan pisang. Nasi yang sudah diwadahi daun pisang tersebut diletakkan di poncotan pojokanā sawah lalu dibacakan doa, kemudian dibagi-bagikan ke warga sawah sebagai kiblat, kalau orang jawa menyebutnya sedulur papat lima pancer. Poncotan pojokanā sebagai pancerāpusatā. Informan Padi 84 tahun, 11 April 2020 Informan Riman 91 tahun, 11 April 2020 142 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 Setiap satu lahan sawah diberi 5 nasi tonjokan tonjokanā. Empat tonjokan tonjokanā diletakkan di setiap poncotan pojokanā, dan satunya diletakkan di tempat methilnya pari tempat Dewi Sri diambil/ngantenannya padi.Jika petani punya banyak sawah tinggal mengalikan lima. Namun, seiring perkembangan jaman, masyarakat hanya meletakkan satu nasi tonjokan di setiap lahan sawah sebagai syarat saja. Sehingga pada uraian di atas dari fenomena etnologi menyebabkan adanya fenomena linguistik. D. Pola Pikir, Pandangan Hidup, dan Pandangan Terhadap Dunia Masyarakat Petani di Desa Tladan, Kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan a. Pola Pikir, Pandangan Hidup, dan Pandangan Terhadap Dunia Masyarakat Petani terkait Aktivitas Pada Saat Panen Masyarakat desa Tladan, sebagian besar masih menerapkan tradisi yang berlaku. Tradisi ini berupa methil methilā secara simbolis dengan alat yang dinamakan ani-ani. Methil āmethilā dilakukan sebelum padi dirit. Tata cara methil methilā dengan cara memotong sebagian padi dengan alat yang dinamakan ani-ani ani-aniā. Sebelum padi dipotong, ada Informan Ninik Maryati 51 tahun, 1 Mei 2020; Sri Muryati 43 tahun, 15 April 2020 doa yang harus diucapkan oleh orang yang akan methil pari methil padiā. Jika petani sudah melakukan ritual methil methilā, padi bisa dipanen dengan mesin gilingan pari gilingan padiā atau didhos didhosā. Setelah padi dirit diritā, digiling digilingā, diayak diayakā, lalu diwadahi karung dibawa pulang. Sebelum padi dijemur, dilakukan andum bawon membagi bawonā untuk buruh yang sudah ikut derepderepā di sawah. Jika sudah dibagi bawonnya bawonnyaā, petani bisa menjemur padi. Jika gabah gabahā yang dijemur sudah bersih dan kering, baru dimasukkan karung. Agar karung yang berisi gabah gabahā itu rapi, maka karungnya perlu didondomi didondomiā. Karung yang berisi gabah āgabahā dan sudah didondomi didondomiā, itu yang siap dijual. Yang tidak didondomi didondomiā nantinya akan diselep diselepā, dan dimasak sendiri untuk kebutuhan sehari-hari. b. Pola Pikir, Pandangan Hidup, dan Pandangan Terhadap Dunia Masyarakat Petani terkait Aktivitas Mulai Menanam Padi Setelah masa panen selesai, petani memulai lagi merencanakan untuk menanam padi. Pertama, dimulai dari menjemur bulir-bulir padi sebagai bakal benih yang akan ditanam. Setelah benih padi dijemur, ada proses ngekum merendamā dan ngepep ngepepā. Sebelum benih padi 143 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 disebar, lahan yang digunakan untuk menyebar benih harus sudah siap. Maka perlu diluku dibajakā dan digaru digaruā. Setelah selesai diluku dibajakā dan digaru digaruā, benih yang sudah dipep dipepā, bisa disebar. Kira-kira sekitar 14 hari benih sudah tumbuh . Sembari menunggu benih tumbuh, petani perlu nampingi nampingiā dan ngalisi ngalisiā. Kemudian mopok galengan mopok pematang sawahā agar padat dan tidak bocor. Semua yang berkaitan dengan sawah, sama halnya dengan nyemoni manungsa mengisyaratkan seperti manusiaā. Ketika lahan untuk menanam sudah siap, proses menanam benih di lahan bisa dilakukan. Benih yang sudah tumbuh, lalu didhaut didhautā dan selanjutnya ditandur ditanamā. Ketika memulai tandur tanamā, beberapa masyarakat masih melakukan tata cara miwiti memulaiā. Miwiti memulaiā dilakukan dengan memberi cok bakal cok bakalā di salah satu poncotan pojokan/pancerā. Pemilik sawah menghadap ke barat lalu membaca surat Alfatihah. Seperti halnya salat, termasuk wujud ibadah dan berdoa agar hasilnya baik. diletakkan di poncotan pojokan/pancerā, karena merupakan pancer atau kiblat. Masyarakat Jawa di desa Tladan khususnya, banyak yang menanam padi, dikarenakan menanamnya mudah, banyak tersedia air, dan selesai ditandur ditanamā tinggal merawatnya. Selain hal di atas, masih banyak yang mau membeli gabah gabahā dan harganya masih lumayan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Terkait dengan proses-proses menanam padi, dari benih hingga panen, terdapat ajaran-ajaran dalam kehidupan yang bisa di ambil, seperti di bawah ini ajaran Ikhlas dan kemanusiaan, ajaran religiusitas, ajaran untuk bersikap rajin dan ulet, ajaran kewaspadaan, ajaran keterbukaan, ajaran keadilan, ajaran penghormatan kepada Dewi Sri. Aktivitas pertanian padi merupakan pasemon isyaratā, pitutur orang dalam pikir, pandangan hidup, dan pandangan terhadap dunia masyarakat petani, terdapat pasemon-pasemon isyarat-isyaratā di mana masih jarang yang mengetahui. Suatu proses menanam padi sampai dengan panen merupakan wujud ibadah dan mempercayai Gusti Allah. Karena di dalam aktivitas pertanian padi, selain proses terdapat ritual-ritual yang mendekatkan hubungan manusia dengan Gusti Allah jika hal itu dipahami betul maknanya. PENUTUP Kesimpulan Penelitian ini mempunyai tiga kesimpulan. Pertama, penelitian tentang bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan ini terdapat tiga bentuk yaitu bentuk monomorfemis, 144 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 polimorfemis afiksasi dan reduplikasi, dan frasa. Kedua, penentuan arti leksikal berdasarkan arti pada kamus. Makna gramatikal adalah makna yang muncul setelah adanya proses gramatikal. Makna kultural dapat ditinjau dari berbagai aspek, di antaranya tradisi yang masih berlaku, tradisi yang mencerminkan cara kerja, tujuan dilakukan aktivitas tersebut, dan budaya masyarakat desa Tladan yang terkait pola pikir dan pandangan hidup. Dari makna kultural yang disampaikan oleh informan dapat diketahui bahwa fenomena etnologi menyebabkan adanya fenomena linguistik. Ketiga, istilah-istilah aktivitas pertanian dibagi menjadi dua fase yaitu fase mulai bercocok tanam dan fase panen. Istilah-istilah aktivitas pertanian padi di desa Tladan, kecamatan Kawedanan, kabupaten Magetan menjelaskan pola pikir berupa pengetahuan masyarakat setempat yang berisi prinsip-prinsip dan aturan-aturan, sehingga terselip ajaran-ajaran kehidupan yang dapat di ambil. Saran Penelitian ini memiliki beberapa saran, yaitu a Bahasa dalam budaya terkait aktivitas pertanian padi dengan kajian yang berbeda. b Bahasa dalam budaya terkait aktivitas pertanian padi dengan kajian yang sama namun ruang lingkup kajian lebih luas dan tempat berbeda. DAFTAR PUSTAKA Agdona, Bella Vista . 2018. āBahasa dan Budaya Jawa Terkait Tradisi Wiwit Sawah di Desa Musuk Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Kajian Etnolinguistikā. Skripsi. Surakarta. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Ahimsa Putra, Heddy Beberapa Bentuk Kajianā. Makalah dalam Temu Ilmiah Bahasa dan Sastra. Balai Penelitian Bahasa Yogyakarta. Fitrianingrum, Wahyu. 2016. āBahasa dalam budaya jawa terkait aktivitas pertanian padi di Desa Bangsri Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Kajian Etnolinguistikā. Skripsi. Surakarta Universitas Sebelas Maret Surakarta. Fujiono, Dedi Sution. 2014. āIstilah-Istilah Pertanian Padi Dan Palawija Pada Masyarakat Madura Di Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo Suatu Tinjauan Etnolinguistikā, dalam Artikel Mahasiswa 2014. Jurusan Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Jember. Haryanti, Dwi dan Agus Budi Wahyudi. 2007. āUngkapan Etnis Petani Jawa Di Desa Japanan,Kecamatan Cawas, Kabupaten KlatenKajian Etnolinguistikā, dalam Kajian Linguistik dan Sastra Juni 2007 35-50. Surakarta. PBS FKIP Universitas Muhamadiyah Surakarta. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta Gramedia Pustaka Utama. Nababan, PWJ. 1993. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta. Pustaka Utama. Poerwadarminta. 1939. Baoesastra Djawa. Jakarta JB. Welters. Saharudin dan Syarifuddin. 2012. āKategori Dan Ekspresi Linguistik Dalam Bahasa Sasak Pada Ranah Pertanian Tradisional Kajian Etnosemantikā, dalam Adabiyyat Vol. XI, Juni 2012. Samarin, William J. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan. Yogyakarta Duta Wacana. Suyanto. 2019. āIstilah-istilah dalam Budidaya Tanaman Padi di Desa Banjarsari, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengahā, dalam Nusa Vol. 14 No. 1 Februari 2019. 145 Nanda Anjarwati/Sutasoma 8 2 2020 Wahyuni, Tri. 2017. āMakna Kultural Pada Istilah Bidang Pertanian Padi Di Desa Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Sebuah Tinjauan Etnolinguistikā, dalamJalabahasa Volume 13 Nomor 1 Tahun 2017. Semarang. Balai Bahasa Jawa Tengah. . ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
OPINIMenurut saya Pembangunan pertanian didasari oleh sifat setiap individu manusia yang selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Hal tersebut sudah menjadi dimensi biologis dan psikologis manusia untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan untuk menjalani kehidupannya. Kebutuhan-kebutuhan hidup itu tentu saja seharusnya diusahakan oleh manusia itu sendiri, dengan menggunakan berbagai cara dan Berkaitan dengan masyarakat desa atau pertanian ā Kunci Jawaban untuk TTS Cari - kunci TTS Cari - Jawaban TTS Sistem kami menemukan 1 jawaban utk pertanyaan TTS.